Pages

Subscribe:

Labels

Minggu, November 11, 2012

Aku Beri Tahu, Rasanya Melelahkan

Sudah pernah melihat dan mendengar caramu bercerita? Sesekali lihat, rasakan dan dengarkan. Perhatikan benar cara kamu tertawa; kerenyahannya, keriangannya, kelucuannya, semuanya. Perhatikan benar juga bagaimana kamu menggerak-gerakkan tanganmu lucu mencontohkan setiap ceritamu. Mungkin saja dari sana, kamu bisa tahu kenapa aku selalu memiliki rasa rindu. Dan kapan pun aku menemanimu bercerita itu, kalau saja kamu sadar, kadang aku memalingkan mukaku sebentar. Itu karena aku takut ada kalimat yang melompat keluar, seperti ‘Aku selalu suka ketika kamu bercerita’, misalnya. Atau sembunyi-sembunyi aku sering mengelus dada kiriku ketika kamu tertawa. Itu juga sebenarnya untuk menenangkan hatiku, agar tingkahku tetap wajar. Aku takut melakukan tindakan yang memalukan karena gugup melihat tawamu.

Tapi aku suka seperti ini. Menemanimu berlama-lama bercerita seperti ini. Karena aku suka semuanya tentang kamu. Aku suka mendengar ceritamu dan merekam setiap detailnya dalam kepala. Lalu, aku akan membuka kembali file itu malam harinya, dan membayangkannya berlama-lama. Atau di lain waktu, aku memotret senyum dan tawamu diam-diam dari mataku lalu menyalurkannya, juga ke kepala. Sebelum tidur, kadang aku buka kembali file potret-potretnya. Itu sudah cukup untuk membuatku tersenyum seharian keesokan harinya. Masalahnya kemudian adalah, seperti apa pun kamu menganggap kedekatanku denganmu, kamu sering lupa kalau aku juga laki-laki biasa. Kalau para laki-laki yang kamu ceritakan itu, yang sering melakukan hal-hal konyol untuk menarik perhatianmu itu, jatuh cinta padamu, bagaimana denganku? Bagaimana dengan aku yang hampir setiap hari melihat dan mendengar ceritamu? Bisa kamu bayangkan perasaanku yang harus menenangkan jantungku setiap hari? Bayangkan, s.e.t.i.a.p h.a.r.i?
Tapi sudahlah. Aku akan nikmati ini dulu. Menikmati kebersamaan ini dulu. Sambil mencari tahu,apa arti kedekatanku denganmu dari kacamatamu. Aku takut menebak-nebak, karena jika salah, aku mungkin tidak bisa melihat dan mendengar lagi ceritamu. Tidak bisa merasakan memalingkan mukaku sebentar agar tidak ada kalimat yang keluar atau mengelus dada kiriku untuk menenangkan hatiku lagi. Ya sudah, seperti ini saja untuk sekarang, mungkin cukup. Setidaknya itu cara menenangkan hatiku, merasa cukup dengan seperti ini. Suatu hari nanti, kalau aku tidak pernah bisa mengatakannya kepadamu, atau ternyata kedekatanku denganmu ini memang salah tebak, aku akan memperlihatkanmu surat ini. Untuk memberitahumu, kamu pernah kucintai. Itu kalau-kalau aku salah tebak. Untuk sementara, aku simpan dulu surat ini. Oya, kamu pasti belum pernah merasakan seperti apa mencintaimu tapi tidak bisa mengatakan. Aku beri tahu. Rasanya melelahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar